cerita hot dewasa

Ilyas Salim, seorang duda berusia tiga puluh enam tahun yang sehari-hari bekerja sebagai sopir taksi Orange. Wajahnya tampan, namun terlihat begitu kesepian karena hidupnya memang kesepian. Tubuhnya tinggi tegap seperti tentara. Sudah delapan tahun ia bekerja sebagai sopir taksi malam untuk mengusir kesepian, sejak sang istri tewas gantung diri delapan tahun silam. Sejak saat itu juga Ilyas menutup diri terhadap perempuan.

Malam ini, ketika taksi Ilyas melaju pelan di depan gedung BUMN kota Mahaka, ia mendapatkan dua penumpang, laki-laki dan perempuan dewasa yang sama-sama mengenakan seragam PNS. Yang laki-laki bernama Rauf, sedangkan yang perempuan bernama Sarah. Itu terlihat dari tage-name yang menempel di seragam PNS mereka. Ilyas berpikir mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja di tempat yang sama. Namun ada yang aneh dengan mereka setelah keduanya naik dan duduk di jok belakang taksi milik Ilyas. Saat taksi sudah mulai berjalan, keduanya terlihat saling berpelukan dan berciuman begitu liar. Bagaiman sepasang kekasih yang melampiaskan kerinduan mereka setelah bertahun-tahun berpisah. Ilyas hanya diam saja dan melirik mereka dari kaca spion tengah. Ia mulai mencium aroma skandal. Tapi itu bukan urusannya. Tugasnya hanya mengantar penumpang sampai ke ke tujuan.

Setengah jam kemudian, Sarah turun di depan rumah susun Tulsa, sementara Rauf tak ikut turun dan menyuruh Elia untuk mengantarnya ke kompleks perumahan elite di Tulsa Barat. Sekarang Ilyas yakin jika Rauf dan Sarah bukanlah sepasang suami istri, karena mereka tinggal di tempat yang berbeda.

Ketika sampai di depan rumahnya, Rauf disebut istri dan kedua anaknya yang berdiri di depan rumah. Ilyas mengamati mereka dari dalam taksi dengan mata nyalang tak percaya.

"Apa mereka istri dan anak-anak Anda?" Tanya Ilyas, pada Rauf saat pria itu membayar argo taksinya.

Rauf terlihat panik dan tangannya gemetaran. Ia takut jika Ilyas akan membongkar perselingkuhannya pada sang istri. Rauf lalu spontan menambah uang argo taksinya sebagai uang tutup mulut. Ilyas hanya tersenyum, dan segera pergi menjalankankan taksinya.

Sampai di pom bensin, Ilyas beristirahat sebentar dan pergi ke toilet untuk buang air kecil. Tak disangka, ia melihat lubang kecil di papan tembok sebelah kanan. Ilyas pun langsung keluar dari kamar itu dan mendatangi kamar di sebelahnya. Rupanya ada seorang remaja punk "gay" yang bersembunyi disana, dengan membawa kamera. Ia sengaja merekam setiap pria yang menggunakan kamar toilet dengan tujuan yang tidak baik. Ilyas langsung menghajarnya hingga wajahnya babak belur, lalu merampas kameranya. Ternyata di kamera itu tersimpan banyak berkas video pria-pria yang sedang buang air, mandi, atau masturbasi di dalam toilet. Ilyas merasa ingin muntah saat menontonnya dan langsung menghapus semua berkas video itu. Ia lalu pergi meninggalkan toilet dan menghampiri taksinya yang terparkir di halaman pom bensin.

Ilyas melihat ada Hugo, seorang pemuda yang tak dikenalnya, berdiri di sebelah taksinya, sambil membaca Koran Harian Mahaka. Entah apa isi tas ranselnya yang terlihat begitu berat di punggungnya itu.

"Apa kau sopir taksinya?"

"Benar."

"Kalau begitu, tolong antar aku ke Marmara. Usahakan jangan lewat jalan protokol. Karena aku sedang menghindari kebijakan. "

Ilyas mengangguk dan langsuk masuk ke dalam taksinya, begitu juga dengan Hugo yang langsung masuk dan duduk di jok depan, sebelah jok kemudi.

"Kenapa Anda tak duduk di jok belakang?" Tanya Ilyas, penasaran, sambil menghidupkan mesin taksinya.

"Tidak. Aku lebih suka duduk di depan. "Jawab Hugo, dengan wajah berkeringat, sambil duduk memangku tas ranselnya begitu erat. Ia lalu membuang korannya ke jok belakang. Ilyas sempat melirik tas ransel yang dirangkul Hugo, dan penasaran dengan apa isinya. Tapi Ilyas tak berani menanyakannya. Ia pun menjalankan taksinya menuju Marmara.

Sepanjang perjalanan, Hugo terus mengoceh tentang aksi perampokan di taksi akhir-akhir ini di kota Delta. Kebanyakan korbannya adalah perempuan. Nada bicaranya biasa saja, tapi itu cukup membuat Ilyas tak nyaman, dan tersindir karena Ilyas juga berprofesi sebagai sopir taksi. Dan kondisi seperti itu berakhir ketika taksi yang dikemudikan Ilyas hampir memasuki jembatan sungai Delta.

Samar-samar terlihat lampu polisi dari kejauhan. "Sepertinya ada razia di depan sana." Hugo terlihat panik dan meminta agar Ilyas menghentikan taksinya. Ilyas terlihat kebingungan, "Katanya Anda ingin ke Marmara. Tapi ini masih di Delta. Masih tiga kilometer lagi. "

Hugo tak mau tahu. Ia langsung mengeluarkan uang dan membayar argo taksi Ilyas. Setelah itu ia turun dari taksi, dan berlari dengan membawa tas ranselnya, memasuki perkampungan di sebelah kanan jalan. Ekspresinya seperti penjahat yang panik saat melihat polisi.

Ilyas tak ambil pusing, karena uang yang diberikan Hugo ternyata lebih dari argo taksinya. Ia pun langsung membawa taksinya berputar balik ke kota Delta.

Di tengah perjalanan, taksi yang dikemudikan Ilyas melaju pelan di belakang mobil polisi yang melaju kencang di depannya. Dari belakang terlihat jika kebijakan itu sedang bersama seorang gadis. Polisi itu lalu menepikan mobilnya di sekitar hutan pinus, dan menyuruh gadis yang ada di dalam mobilnya keluar. Terjadi sedikit keributan. Bahkan Sang Kebijakan mendorong Si Gadis ke pinggir jalan dengan kasar. Setelah itu sang polisi pergi begitu saja dengan mobilnya.

Nama gadis itu Mandira, seorang pekerja seks komersial berusia 25 tahun, yang baru saja melayani seorang oknum polisi yang memiliki kelainan Sadomasokis. Karena pelayanan seksual dari Mandira kurang memuaskan, kebijakan itu menurunkannya di tengah jalan tanpa biaya. Padahal wajah Mandira sudah babak belur dihajarnya saat melakukan seks oral sepanjang perjalanan dari Marmara ke Delta. Gadis itu benar-benar rugi, dan sekarang ia ketakutan, karena diturunkan di hutan pinus yang sepi, gelap, dan rawan kejahatan. Sampai akhirnya datang taksi Orange yang dikemudikan Ilyas.

Dengan manisnya, Ilyas menawarkan taksinya untuk mengantar Mandira pulang. Gadis itu diam saja, lalu mengeluarkan ponsel berkameranya, dan memotret plat nomor polisi juga nomor pintu taksi itu, dan membongkar fotonya ke media sosial pribadinya. Setelah itu ia baru mau naik ke dalam taksi, dan minta diantarkan ke Distrik Silla, kota Delta.

Sepanjang perjalanan, Mandira hanya diam dan melamun. Kepalanya ditempel ke kaca jendela samping, dan matanya terpejam sambil menangis. Diam-diam Ilyas memperhatikan pose Mandira saat duduk lewat kaca spion tengah. Gadis itu duduk terlalu ngangkang . Kedua kakinya terbuka, dan paha mulusnya terlihat jelas karena ia mengenakan rok mini yang tipis. Bahkan celana dalamnya yang berwarna merah juga terlihat. Ditambah baju atasnya yang berbebelahan dada rendah. Payudara bagian atasnya terlihat menyembul besar dan menggoda. Berkali-kali Ilyas menelan ludah dan menahan birahinya . Ia lalu mengambil kamera yang dirampasnya dari remaja punk di toilet pom bensin tadi, dan meletakkannya tersembunyi di dekat jok. Ilyas sengaja merekam Mandira dengan kamera itu, sampai akhirnya Mandira membuka mata.

Mandira menemukan Koran Harian Mahaka milik Hugo yang tertinggal di jok belakang. Gadis itu mengambil dan membacanya. Wajahnya langsung berubah ketakutan saat membaca berita utama di halaman depan, tentang aksi perampokan dan pemerkosaan penumpang wanita di dalam taksi malam di kota Delta. Mandira mulai terpengaruh. Muncul ketakutan dan kecurigaan di dalam pikirannya sendiri tentang taksi yang sedang ditumpanginya sekarang. Ia pun mencoba untuk membuka pintu yang ada di sebelahnya. Ternyata pintunya terkunci rapat. Ia juga melihat kaca film jendelanya yang begitu gelap. Dua pertanda yang sama persis seperti kronologi aksi perampokan dalam taksi di berita yang baru dibacanya di koran .

"Kenapa Mbak?" Tanya Ilyas, sambil menatap Mandira dengan begitu tajam lewat kaca spion tengah.

"Kenapa pintunya terkunci dan tak bisa kubuka? Ini tidak benar. Cepat hentikan taksinya! Aku turun disini saja! " Balas Mandira, panik, sambil mengeluarkan uang untuk membayar argo taksinya.

Setelah itu ia mengeluarkan ponsel dan berusaha menghubungi temannya, namun baterai ponselnya lemah dan akhirnya mati.

"Kita belum sampai. Distrik Silla masih jauh di utara sana. "

"Tidak. Aku mau turun disini saja! Hentikan taksinya sekarang juga! "Bentak Mandira, marah, takut, sambil berusaha membuka pintu belakang taksinya.

Karena pintu itu masih terkunci, Mandira akhirnya menggedor-gedor kacanya.

"Tolong kendalikan diri Anda .....!"

"Berhenti atau aku akan berteriak? Tolong ......! "

"Mbak ini kenapa?" Bentak Ilyas, marah, lalu menghentikan taksinya di pinggir jalan.

"Firasatku mengatakan ini tidak benar. Sebaiknya aku turun dari taksi ini. Jika kau macam-macam, aku sudah membongkar foto plat nomor juga nomor pintu taksimu ke akun twitterku. Itu artinya ada bukti jika aku pernah naik taksi ini. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan diriku, kebijakan akan mencarimu. "

Ilyas terlihat marah, hingga wajahnya memerah dan tegang seperti singa. Ia langsung membuka pintu belakang taksinya. Setelah itu Mandira buru-buru turun dari taksi itu dan berlari mencegat taksi lainnya, Taksi Purple, yang kebetulan melintas di depannya.

* * *

Mandira mengira dirinya sudah selamat setelah keluar dari taksi Orange milik Ilyas, tapi ternyata dia keliru besar. Taksi Purple yang ditumpanginya malah membawanya ke taman kota yang sepi dan gelap. Di sana muncul tiga pria berbadan tinggi kekar, yang merupakan kawan an sopir taksi yang dinaiki Mandira. Dan mereka adalah pelaku perampokan sekaligus pemerkosaan beberapa penumpang wanita akhir-akhir ini di kota Delta.

"T olong .........! "Teriak Mandira, saat berhasil lolos dari cengkraman mereka.

Mandira berlari mendekati jalan raya. Kebetulan taksi Orange yang dikemudikan Ilyas melintas. Ilyas pun langsung turun dari taksinya untuk menolong Mandira. Setelah itu terjadi perkelahian sengit antara Ilyas melawan empat pria yang berusaha mencelakai Mandira. Satu lawan empat bukanlah pertarungan yang imbang. Mandira akhirnya ikut campur, dengan mengambil balok kayu dan memukulkannya ke kepala sopir taksi yang akan menusuk punggung Ilyas dengan pisau lipat dari belakang. Mandira lalu menarik tangan Ilyas dan mengajaknya kabur, karena tak mungkin Ilyas bisa mengalahkan empat rampok itu. K aburlah mereka berdua dari taman kota menggunakan taksi Orange milik Ilyas.

Sampai di depan rumah susunnya yang ada di Distrik Silla, Mandira mengajak Ilyas ke kamarnya untuk mengobati luka di tangannya. Di kesempatan itu juga Mandira meminta maaf karena sudah menuduh Ilyas akan berbuat jahat pada dirinya. Padahal kenyataannya, sopir taksi lain yang mencelakainya, dan Ilyas yang menolongnya.

"Tidak semua sopir taksi itu seperti yang disebutkan berita di koran."

Mandira mengangguk dan mengucapkan terimakasih, sambil memberi Ilyas secangkir kopi. Mandira lalu menyalakan televisi. Kebetulan acaranya berita malam, yang sedang menayangkan berita teraktual di kota Delta malam ini.

Telah terjadi ledakan bom bunuh diri di depan kantor walikota Marmara, yang diketahui dilakukan oleh seorang pemuda dengan membawa tas ransel berwana hitam. Ilyas tercengang saat menonton berita itu. Ia teringat pada Hugo, pemuda yang membawa tas ransel hitam, yang menumpang taksinya beberapa jam yang lalu.

"Ya ampun. Jangan-jangan pemuda itu ......! "

SELESAI

cerita hot dewasa

Para pembaca sekalian, terserah anda percaya atau tidak, tetapi kisah ini benar-benar terjadi. Waktu itu kalau tidak salah sekitar akhir tahun 2006 yang lalu, saat saya diharuskan melakukan medical check up di sebuah klinik kesehatan di Jakarta, guna memenuhi persyaratan agar diterima bekerja di sebuah perusahaan dan kebetulan saya juga diajak teman saya untuk mengikuti program asuransi jiwa karena dia adalah agen dari salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, jika tidak salah nama perusahaannya adalah AIA.


Sebenarnya saya malas melakukan medical check up ini. Pasti lagi-lagi cuma cek darah, air seni, dan kotoran saja. Kemudian diperiksa oleh dokter memakai stetoskop untuk menyakinkan bahwa saya terkena penyakit atau tidak. Itu saja menurut saya, tidak ada yang lain. Dokter yang akan memeriksa saya paling-paling juga dokter cowok, mana sudah tua lagi.


Dengan sekali-sekali menguap karena jenuh karena sudah hampir setengah jam saya menunggu dokter yang tak kunjung datang. Padahal saya sudah melalui proses medical check up yang pertama, yaitu pemeriksaan darah, air seni, dan kotoran. Beberapa kali saya menanyakan pada orang di loket pendaftaran dan selalu memperoleh jawaban sama, yaitu agar saya sabar sebab dokternya dalam perjalanan dan mungkin sedang terjebak macet. Saya melihat arloji di tangan saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalau dokternya tidak juga datang limabelas menit lagi, maka saya akan pulang saja ke rumah.


Dengan menarik nafas kesal, saya memandangi sekeliling saya. Tahu-tahu mata saya tertumbuk pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia. Saya taksir usianya sekitar 35 tahun. Tetapi alamak, tubuhnya seperti cewek baru duapuluhan. Kencang dan padat. Payudaranya yang membusung cukup besar itu tampak semakin menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan. Gumpalan pantatnya di balik celana jeans-nya yang juga ketat, teramat membangkitkan selera. Batinku, coba dokternya dia ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Akan tetapi karena rasa bosan yang sudah menjadi-jadi, saya tidak memperhatikan wanita itu lagi. Saya kembali tenggelam dalam lamunan yang tak tentu arahnya.


“Mas, silakan masuk. Itu dokternya sudah datang.” Petugas di loket pendaftaran membuyarkan lamunan saya. Saat itu saya sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu limabelas menit. Dengan malas-malasan saya bangkit dari bangku dan berjalan masuk ke ruang periksa dokter.


“Selamat malam”, suara lembut menyapa saat saya membuka pintu ruang periksa dan masuk ke dalam. Saya menoleh ke arah suara yang amat menyejukkan hati itu. Saya terpana, ternyata dokter yang akan memeriksa saya adalah wanita cantik yang tadi sempat saya perhatikan sejenak. Seketika itu juga saya menjadi bersemangat kembali.
“Selamat malam, Dok”, sahut saya. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati saya karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik.
“Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana”, kata sang dokter sambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut ruang periksa tersebut.


Saya pun menurut. Setelah menanggalkan kaos oblong, saya membaringkan diri di tempat tidur. Dokter yang ternyata bernama Dokter S itu menghampiri saya dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang dan putih.
“Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?” Tanyanya. Saya menggeleng.


“Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya. Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Tanpa saya sadari, saya rasakan, batang kemaluan saya mulai menegang. Saya menjadi gugup, takut kalau Dokter S tahu. Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik celana saya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan saya bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik celana panjang saya.


“Wah, kenapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang saya ya?” Mati deh! Ternyata Dokter S mengetahui apa yang terjadi di selangkangan saya. Aduh! Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali!
“Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Saya mau periksa kamu menderita hernia atau tidak.” Nah lho! Kok jadi begini?! Tapi saya menurut saja. Saya tanggalkan seluruh celana saya, sehingga saya telanjang bulat di depan Dokter S yang bak bidadari itu.
Gila! Dokter S tertawa melihat batang kemaluan saya yang mengeras itu. Batang kemaluan saya itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu, menjadi cukup menonjol.


“Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga”, kata Dokter S serasa mengelus batang kemaluan saya dengan tangannya yang halus. Wajah saya menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi, batang kemaluan saya semakin bertambah tegak tersentuh tangan Dokter S. Dokter S masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan saya itu dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar saya.
“Mmm.. Kamu pernah bermain?” Saya menggeleng. Jangankan pernah bermain. Baru kali ini saya telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan molek lagi!


“Aahh..” Saya mendesah ketika mulut Dokter S mulai mengulum batang kemaluan saya. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan saya sudah hampir masuk ke dalam mulut Dokter S yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi disedot-sedotnya batang kemaluan saya. Terasa geli dan nikmat sekali. Baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti ini.


Dokter S segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluan saya dari dalam mulutnya berulang-ulang. Gesekan-gesekan antara batang kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi saya.
“Auuh.. Aaahh..” Akhirnya saya sudah tidak tahan lagi. Kemaluan saya menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter S. Bagai kehausan, Dokter S meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.
“Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar.” Dokter S meledek saya yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks.


“Dok.. Saya.. baru pertama kali.. melakukan ini..” jawab saya terengah-engah.
Dokter S tidak menjawab. Ia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong yang dikenakannya, juga celana jeans-nya. Mata saya melotot memandangi payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata saya serasa mau meloncat keluar sewaktu Dokter S mencopot BH-nya dan melepaskan celana dalamnya. Astaga! Baru sekarang saya pernah melihat payudara sebesar ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar-benar tubuh paling sempurna yang pernah saya lihat selama hidup saya. Saya rasakan batang kemaluan saya mulai bangkit kembali menyaksikan pemandangan yang teramat indah ini.


Dokter S kembali menghampiri saya. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke wajah saya. Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini. Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan saya waktu saya menyusu pada ibu saya selagi kecil. Dokter S adalah wanita yang kedua yang pernah saya isap-isap payudaranya, tentu saja setelah ibu saya saat saya masih kecil.
“Uuuhh.. Aaah..” Dokter S mendesah-desah tatkala lidah saya menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Saya permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya. Sekali-sekali saya gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang, namun cukup membuat Dokter S menggelinjang sambil meringis-ringis.
Tak lama kemudian, batang kemaluan saya sudah siap tempur kembali. Saya menarik tangan Dokter S agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter S memahami apa maksud saya. Ia langsung naik ke atas tubuh saya yang masih berbaring tertelentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan tubuh sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan saya ke liang kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman. Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan saya masuk satu sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya, membuat batang kemaluan saya hampir tertelan seluruhnya di dalam liang senggamanya. Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan Dokter S. Menyadari bahwa saya mulai terangsang, Dokter S menambah kualitas permainannya. Ia menggerak-gerakkan pantatnya berputar-putar ke kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat tubuh saya menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara.


Saya merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan saya sudah nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun saya mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter S yang liar itu. Akhirnya.., “Aaahh.. Ouuhh..” Saya dan Dokter S sama-sama menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Saya menyemprotkan air mani saya di dalam liang kewanitaan Dokter S yang masih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluan saya.
Demikianlah peristiwa yang terjadi siang itu. Dan mau tahu apa hasil medical check up yang istimewa tersebut? Saya dinyatakan sehat secara fisik dan tentu saja secara mental. Apalagi secara birahi. Tentu para pembaca semua tahu maksud saya ini. Dan akhirnya saya berhasil diterima di perusahaan besar itu yang merupakan impian saya sejak lama dan saya berhasil mendapatkan asuransi policy dari AIA sekalian membantu teman saya mendapatkan komisinya. Sayangnya, permainan saya yang menggebu-gebu tersebut dengan Dokter S merupakan pengalaman saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Ia sepertinya menghindar apabila saya sengaja datang ke tempat praktek dokternya. Dengan alasan sibuk atau sejuta alasan lainnya, Dokter S selalu menolak menemui saya. Saya tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Ah, biar saja!

cerita lucu

Bejo: mak ..... emak sakit ya???
Emak: iya jo ...
Bejo: hmm ... kita ke dokter yuk ...
Emak: mau bayar pake apa'an .... kan duit kita udah tipis jo ..
Uhukk ... uhukk
Bejo: kita jual si tole (kambing) aja mak ..
Emak: tapi kan tuh kambing peliharaan elu ....
Bejo: kan bejo lbh sayang emak ...
Emak: terserah elu aja dah ...
Bejo: ya udah. . bejo jual ke pasar ya mak ...
Emak: iye ... inget ya jo ... tuh kmbing bandot .. lu jual jutaan ...
Jangan mau kalo ditawar murah .. sayang ....
Bejo: iya mak. . bejo juga tau ... kn bejo dah capek2 ngerawat ...
Kalo gitu bejo pamit ya mak ...
# berangkat jual kambing Tak lama kemudian bejo: mak ... kambing kita laku .. jutaan ... Emak: alhamdulillah. ... Bejo: pertamanya dia cuma nawar 500rb mak .. Ihh enak aja ... kambingnya ditawar murah bnget ... kagak bejo kasih ... Emak: bagus tuh jo .. emang pembeli jman sekarang maunya murah mulu '... terus ... Lu jawab apa wktu dia nawar gitu ... Bejo: bejo bilang ... pesan emak kambingnya harus dihargai jutaan pak ... Gitu mak ... Alhamdulillah .... setelah mikir lama ... Akhirnya dia mau juga ... . harga jutaan .. Bejo: Memang berapa jo dia beli tuh kambing??? berapa juta??? Bejo: setengah juta mak ... Hebat kan ... sesuai pesan emak .. jutaan ... gimana??? puas mak ??? Emak: # * @? & @ # * - +??? # semaput dadakan

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2013/01/Cerita-Lucu.html#ixzz2YRA4sUQV
 
Mau Widget Ini? Klik Disini

Info Blog

Flag Counter